Dulu, setiap kali orang-orang menanyai saya “kapan kawin”, saya selalu bilang tidak ingin menikah. Lalu saya mulai berceramah tentang seni hidup sendiri, tentang bumi yang over-populated, tentang kenapa kita lebih perlu anak ideologis daripada anak biologis, dan tentang tidak jelek juga menghabiskan hari tua di panti jompo, sambil membaca dan menulis. Alm. NH. Dini, penulis besar itu, juga menghabiskan hari tua di sebuah panti di Ungaran.
Tapi, pada pertengahan Mei lalu, saya bangun pagi dengan sebuah sirr―sebentuk rasa yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, tapi jelas maknanya―mampir ke dada saya. Bila dibunyikan, kira-kira sirr itu berkata begini: “Wahai Muhammad, waktumu sebentar lagi.”
Saya sempat bingung. Apakah artinya sebentar lagi saya akan menikah, ataukah sebentar lagi saya akan meninggal?
Setelah saya telusuri, saya yakin maksudnya yang pertama. Orang yang meninggal biasanya dijemput, tidak dibisiki.
Sejak pagi itu, setiap kali orang-orang menanyai saya “kapan kawin,” saya selalu menjawab: akhir tahun ini!
Tanpa saya pikirkan apa maksudnya, tanpa saya punya rencana apapun. Diserahkan saja pada Tuhan. Diyakini saja. []
Tinggalkan Balasan ke Ranger Kimi Batalkan balasan